Senin, 13 Oktober 2014

AKU MENCINTAIMU SECARA SEDERHANA




Teringat beberapa hari lalu aku sedang mengunjungi suatu mall di daerah Jakarta selatan bersama kedua sahabatku. 

“Kita pulangnya di jemput ya sama temen cowok gue” kata sahabatku.

Baik, kita sebut saja disini sahabatku itu namanya A.

“lah serius dia mau jemput kita jauh jauh begini? Rumahnya kan jauh” sahutku

“ah biarin, dia mah pasti mau mau aja!” katanya sambil tertawa.

Oke. Aku manggut manggut. Tak lama kemudian

“tapi orangnya itu enggak banget, zonk deh! Males banget kalau liat muka dia, untung dia bermobil, ketolong jadinya! Lagipula tiap gue jalan jalan atau makan dia selalu bayarin Hahahaha” lanjut si A.

Oh Tuhan hatiku mulai tak setuju. Kuakui sahabatku si A ini adalah yang cantik rupawan. Kulit putih yang selalu diidamkan kebanyakan wanita Indonesia, bentuk tubuh proporsional, dan wajah yang menarik. Itu mungkin senjata dia.

Ternyata temen cowok sahabatku ini terkena macet sehingga kami masih harus lama menunggu.
Si A berinisiatif mengambil handphone dan menelponnya:
“Lama banget sih ya Ampun gatau apa kita udah pada capek?!”

Mungkin di seberang sana sudah beribu ribu kali minta maaf. Lagipula bukan salah dia sepenuhnya. Nenek moyang pun tahu Jakarta macet.

Lalu sampai akhirnya tiba saat cowok itu tiba, kami semua menaiki mobil. Sahabatku A, duduk di sebelah kanannya, sahabatku B duduk dibelakang kursi supir, dan aku duduk di belakang kursi A.
Entah mengapa, semua caci maki yang si A lontarkan di mall tadi tentang cowok tersebut seakan hilang. Dia bersikap sangat manis, I mean, sangaaaaat manis. Ia menanyakan kabar cowok tersebut dengan lembut, mengobrol dengan dia tentang seluk beluk cowok tersebut.

Lalu hatiku berteriak : “Dasar muka dua! Tadi aja lo jelek jelekkin nih orang!”
Tentunya itu hanya di hatiku.

Dengan suara radio mobil yang sayup sayup serta suara obrolan ngalor ngidul si A dengan teman cowok nya juga suara notifikasi bbm di hp sahabatku si B yang sedang asyik bbman dengan gebetannya.
Aku mulai merenung.
Oh begini ya cinta?
Oh begini ya suatu hubungan?
Oh begini ya cinta buta?

Si cewek pura pura mencintai hanya karena sebuah mobil ataupun makan dan jalan jalan gratis, si cowok mencintai karena cewek itu cantik luar biasa.

Lalu aku teringat kamu.

Aku teringat saat kita pertama kali bertemu.
Darahku berdesir, I can’t take my eyes from you.
Aku teringat wajah cuek dan lesu mu saat kita pertama kali daftar di universitas ini.
Aku teringat suara malas malasan mu dalam menjawab semua pertanyaan semua senior kita waktu itu.
Aku teringat…
Semua baru seperti kemarin, ternyata tanpa terasa sudah berjalan waktu 2 tahun.
Sudah dua tahun ya?
Tapi rasa ini masih sama.
Statis dari semester 1 hingga semester 5.
Kamu, semangat ku.
Lelah aku mencoba semua baju di lemariku setiap sebelum berangkat ke kampus, bertukar tukar mencari yang terbaik, untuk menarik perhatianmu di kelas nanti.
Lelah aku belajar dari malam hingga pagi buta agar kamu bisa memintaku mengajarimu, karena aku tau kamu kurang di mata kuliah ini.
Lelah aku membuat catatan catatan lengkap agar kamu bisa meminjamnya.

Mengapa aku melakukan semua itu?

Ya, aku mencintaimu.
Aku mencintai suaramu
Aku mencintai lelucon garing mu
Aku mencintai gaya pakaianmu yang aneh
Aku mencintai foto foto mu yang aneh
Aku mencintai umpatan umpatanmu dalam Bahasa inggris
Aku mencintai gaya cuekmu
Aku mencintai kesederhanaanmu.
Aku mencintai semua yang ada padamu.
Tak usahlah kita naik mobil, naik bikun asalpun bersamamu akupun sudah senang.
Tak usahlah kita makan di tempat mahal, makan di kantin pun jadi asalkan bersamamu.
Tak usahlah kamu memakai baju baju yang branded, memakai kaus belel yang sudah terlalu sering di laundry pun aku senang melihatmu.

Ketahuilah, aku mencintaimu dari segala kekurangan dan kelebihanmu.

Tapi benar kutipan bill gates “ Life isn’t fair, get used for it”
Yang tidak benar benar mencintai seperti sahabatku si A, bisa mendapatkan orang yg menyayangi dia. Aku yang benar benar mencintaimu, bahkan tidak mendapat sedikit perhatian darimu.

Ketahuilah, aku pun lelah.
Aku ingin berhenti, tapi hatiku tidak bisa.
Aku ingin menangis, berteriak.
Aku sudah hancur berkeping keeping, kamu yang menghancurkannya, dan sialnya sepertiya hanya kamu yang mampu membenarkannya.
Lamunanku tersadar.

“hey kita sudah sampai nih, ayo turun!” sahabat ku si B menepuk pundakku.

Aku berpura pura menggosok mataku agar dia tidak tahu bahwa mataku berair.
 
Yah begitulah hidupku.

Pintu.


Aku tau, bahkan sangat tau, bahwa aku mencintaimu.
dan aku juga tau, lagi lagi bahkan sangat tau, kalau kamu tidak.
tapi apa kamu tau, kenapa aku masih disini? menunggu pintu “mu” yang tidak pernah terbuka untukku itu?
aku termenung lama di depan pintu itu, aku berpikir “aku ingin lari!!!” aku muak menunggu disini.
tapi aku tak pernah berlari, aku tetap di depan pintu itu.
berkali kali orang lewat di belakangku dan mengatakan
pintu itu tidak akan terbuka, kamu menunggu hal yang sia-sia
hatiku berteriak
tidak, sekalipun tidak! suatu saat pintu ini akan terbuka
lama aku berdiri, menunggu.
bermusim-musim kulewati. aku kedinginan, aku kepanasan.
tapi tetap saja tidak terbuka.
aku terlalu malu untuk mendobrak pintu itu
aku hanya mengetuk-ngetuk lemah, berharap yang di balik sana mendengar.
sampai suatu saat benda yang diatas ku, yang tau segalanya, mengatakan
percuma, yang di balik pintu itu juga sedang menunggu pintu di depannya terbuka. ia bahkan tidak menghiraukan pintu di belakangnya!
lalu aku tersadar.
Image

kamu juga sedang menunggu pintu di depanmu terbuka.